08 March 2011

Puasa Panjang di Inggris


Umat Islam yang tengah menjalankan ibadah puasa di Inggris pada musim panas tahun ini dihadapkan pada tantangan yang relatif berat, terutama karena waktunya lebih lama ketimbang di Tanah Air, yakni sekitar 18 jam setiap hari.
"Dalam bulan Ramadhan, sebulan penuh kita ditempa untuk tulus dalam berbuat, dan kita diajarkan untuk ikhlas dalam berdedikasi," ujar ustad Irsyad Azizi, dari Al-Azhar University of Cairo.
Menjalani ibadah Puasa di musim panas selain membutuhkan keiklasan tersendiri, juga ketahanan fisik, meskipun udara di Inggris di bulan Agustus sering kali mendung dan bahkan hujan, tidak sepanas di tanah air.
"Saya malah lupa kalau lagi puasa," ujar Idham Ananta, staf pengajar Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA di Universitas Gadjah Mada, yang tengah mengambil program doktoral di School of Computer Science and Electronic Engineering at University of Essex di  Colchester, Essex.
Waktu puasa adalah dari terbit fajar (waktu Subuh) sampai terbenam matahari (waktu Maghrib) berdasarkan firman Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah SAW. Di Inggris, waktu subuh sekitar pukul tiga dini hari, da magrib sekitar pukul sembilan malam.
Bagi sebagian umat muslim di Inggris, menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan di musim panas yang dimulai tanggal 1 Agustus agaknya tidak menjadi masalah besar, apalagi cuaca di Inggris yang tidak menentu, meskipun musim panas kadang justru cuacanya mendung dan bahkan hujan.
Fitri Adi Anugrah yang pernah bekerja sebagai Project Coordinator di Ontrackmedia Indonesia yang tengah mengambil program Master bidang Human Rights and Cultural Diversity, di University of Essex, Colchester, mengakui puasa pertamanya di musim panas dapat dilaluinya dengan mudah tanpa ada rintangan.
"Saya punya jam kerja malam mulai jam 11 malam hingga subuh, dan setelah itu saya tidur hingga menjelang sholat zuhur dan baru ke kampus yang tidak jauh dari asrama," ujar Fitri.
Sementara itu, mahasiswa ITB yang tengah mengikuti forum London International Youth Science Forum (LIYSF) di London Imperial College  sejak 27 Juli hingga 10 Agustus, mengatakan bahwa Allah Maha Baik, dan selalu memberikan kemudahan yang mengiringi kesulitan.
"Panitia LIYSF memperbolehkan kami untuk membungkus jatah sarapan dan makan malam," ujar Ketua delegasi Indonesia ke forum LIYSF, Yosi Ayu Aulia dari Microbiology Undergraduate Program Institute Technology of Bandung (ITB).
Menurut Yosi, puasa ketika musim panas di negeri nonmuslim memberikan pengalaman tersendiri bagi dirinya bersama rekan rekannya dari ITB yang ikut dalam program LIYSF, yang digelar untuk ke-52 kalinya itu.
Dikatakannya yang pasti adalah waktunya panjang sekali, kalau di Indonesia puasa dari pukul 04.30 - 18.00, sedangkan di Inggris dari pukul 03.30 sampai pukul 21.00, atau sekitar 18 jam lebih.
"Apalagi jadwal kami padat dan melelahkan. Tetapi, mudah-mudahan bisa menjadi nilai ibadah di mata Allah," ujar Yosi lagi, yang selama mengikuti program LIYSF ditempatkan di hotel di dekat kampus Imperial Collage London.