1.1 Latar
Belakang Masalah
Perkembangan media teknologi saat
ini semakin banyak dalam kehidupan sosial masyarakat, seperti semakin meluasnya
penggunaan internet dan handphone. Awalnya perkembangan teknologi tersebut
adalah untuk mempermudah manusia dalam melakukan berbagai hal. Tapi, belakangan
justru malah menimbulkan masalah dalam kehidupan sosial, contoh kecil adalah
banyak terjadi timbul kasus yang disebabkan oleh media jejaring sosial facebook
dan twitter. Ini adalah dampak dari penggunaan media teknologi informasi.
Dalam sejarah masyarakat, manusia
menandakan penggunaan media komunikasi oleh manusia untuk mengatasi jarak yang
lebih jauh satu dengan yang lainnya, yang tidak mungkin dicapai hanya dengan
berbicara dalam jarak yang normal. Menurut O’Breien (dalam Bungin 2009)
perilaku manusia dan teknologi memilikki interaksi dalam lingkungan
sosioteknologi. Ada lima komponen perilaku manusia dan teknologi dalam
berinteraksi meliputi : (1) struktur masyarakat, (2) sistem dan teknologi
informasi, (3) masyarakat dan budaya, (4) strategi komunikasi, (5) proses
sosial.
Penggunaan media teknoloi komunikasi
di dalam kehidupan pribadi masyarakat sekarang ini dapat dilihat dari banyak
digunakannya personal komputer (notebook) dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu dengan mudah dapat dilihat masyarakat, khususnya pada masyarakat
perkantoran yang menggunakan telepon seluler (handphone).
Tahun 2008
adalah tahun dimana Indonesia telah memasuki era globalisasi. Sebuah zaman
dimana masyarakat harus bisa mengunakan teknologi multimedia yang baru. Mau
tidak mau kita harus menjalaninya. Tidak hanya itu dunia penyiaran juga
meningkat. Terhitung lebih dari 10 stasiun televise menghiasi layar kaca
televise kita.itu belum termasuk televise daerah.
Dari stasiun
televisi itu mereka menawarkan acara-acara yang mereka prediksi sangat
dibutuhkan oleh masyarakat informasi. Mulai dari acara hiburan,olahraga, dll.
Dampak positifnya masyarakat menjadi punya banyak pilihan acara. Jadi kalau
mereka bosan mereka tinggal pindah channel. Dampak negatifnya kemungkinan akan
terjadi persaingan yang tidak sehat diantara stsiun televise-televisi itu.
Sebut saja MNC(RCTI,TPI,Global TV) dengan Duo Trans(Trans TV, Trans 7).memang
kita belum dengar ada berita yang kurang menyenangkan dari dampak itu tapi
kemungkinan itu masih akan mungkin terjadi. Tidak hanya itu masyarakat pasti
juga akan bingung jika acara televise pada saat itu sedang bagus.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari paparan latar belakang masalah
di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
a.
Apa konsekuensi Media Massa ( TV , Radio ) bagi Masyarakat ?
b. Apa konsekuensi Media Teknologi
Komunikasi bagi Masyarakat ?
1.3 Tujuan
Pembahasan
Dari paparan latar belakang masalah
dan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah untuk :
a. Mengetahui
konsekuensi Media Massa ( TV, Radio ) bagi Masyarakat
b. Mengetahui konsekuensi Media Teknologi
Komunikasi bagi masyarakat
2.1 Konsekuensi Media Massa ( TV , Radio ) bagi
Masyarakat
Perkembangan
teknologi telah sedikit mengalami kemajuan yang selangkah lebih baik lagi,
misalnya bentuk komunikasi dalam huruf pictograf yang digunakan oleh bangsa
Sumeria, Hierogliph oleh bangsa Mesir Kuno. Pada masa itu kedua jenis huruf ini
juga sering digunakan ketika raja memberikan peraturan semacam tata tertib bagi
masyarakatnya yang di pasang di tengah-tengah kota dimana bentuknya seperti
bangunan tugu, yang dikenal sebagai UU berbentuk tugu peringatan.
Kemajuan dari teknologi komunikasi dirasakan lebih baik lagi setelah ditemukannya kertas oleh Bangsa Cina yang terbuat dari serat daun Papyrus. Perkembangan ini bahkan sampai sekarang ini masih digunakan dan sangat dirasakan manfaatnya bagi umat manusia. Misalnya kertas digunakan dalam mencetak koran atau surat kabar, majalah, buku dan lain sebagainya.
Kemajuan dari teknologi komunikasi dirasakan lebih baik lagi setelah ditemukannya kertas oleh Bangsa Cina yang terbuat dari serat daun Papyrus. Perkembangan ini bahkan sampai sekarang ini masih digunakan dan sangat dirasakan manfaatnya bagi umat manusia. Misalnya kertas digunakan dalam mencetak koran atau surat kabar, majalah, buku dan lain sebagainya.
Peran media
massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat modern ada enam
perspektif dalam hal melihat peran media.
Pertama,
melihat media massa sebagai window on event and experience. Media dipandang
sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di
luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai
peristiwa. Kedua, media
juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world,
implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di
masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola
media sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan,
konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka
faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau
tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang
dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional
media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka
inginkan. Ketiga,
memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai
hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue,
informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di
sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan
mendapat perhatian. Keempat,
media massa acapkali pula dipandang sebagai penunjuk jalan atau interpreter,
yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau
alternative yang beragam. Kelima,
melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan
ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan
balik. Keenam,
media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu
lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan
terjadinya komunikasi interaktif. Pendeknya, semua itu ingin menunjukkkan,
peran media dalam kehidupan social bukan sekedar sarana diversion, pelepas
ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai
peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi
otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi
realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang
dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap
khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari media massa
akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Karenanya
media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas.
Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian
media massa.
Bertolak
dari besarnya peran media massa dalam mempengaruhi pemikiran khalayaknya,
tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada massa akan datang harus dipikirkan
lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang tak terelakan lagi.
Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature terjadi,
sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor.
Belum lagi membajirnya program-program tayangan dan produk rekaman tanpa dapat
dibendung. Lantas bagaimana bagi negara berkembang seperti Indonesia menyikapi
fenomena transformasi media terhadap perilaku masyarakat dan budaya? Bukankah
globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi,
radio, majalah, Koran, buku, film, vcd dan kini lewat internet sedikit banyak
akan berdampak pada kehidupan masyarakat? Saat ini masyarakat Indonesia sedang
mengalamai serbuan yang hebat dari berbagai produk. Atau disebut juga Indonesia
sedang kebanjiran informasi atau Overload.
Belum lagi
beredarnya VCD porno yang sekarang beredar dimana-mana. Hal itu juga bisa
menjadi dampak media. Walaupun media pornografis bukan barang baru bagi
Indonesia, namun tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa
orang asing menganggap Indonesia sebagai “surga pornografi” karena sangat
mudahnya mendapatkan produk-produk pornografi dan harganya pun murah. Kebebasan
pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat yang tidak bertanggungjawab, untuk menerbitkan produk-produk
pornografi. Mereka menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang dijamin sebagai
hak asasi warga Negara dan tidak dikenakan penyensoran serta pembredelan.
Padahal dalam undang-undang pers hal itu pasti sudah diatur. Dalam media
audio-visualpun, ada Undang-undang yang secara spesifik mengatur pornografi.
Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang
mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka
dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang datang dari seluruh
penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga negara mampu menilai
sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Begitulah, misalnya, banjir informasi
dan budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan
norma yang berlaku. Terutama masalah pornografi, dimana sekarang wanita-wanita
Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam
berbusana cenderung minim, kemudian ditiru habis-habisan. Sehingga kalau kita
berjalan-jalan di mal atau tempat publik sangat mudah menemui wanita Indonesia
yang berpakaian serba minim mengumbar aurat. Di mana budaya itu sangat
bertentangan dengan norma yang ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan
free sex di kalangan remaja masa kini. Terbukti dengan adanya video porno yang
pemerannya adalah orang-orang Indonesia. Di sini pemerintah dituntut untuk
bersikap aktif tidak masa bodoh melihat perkembangan kehidupan masyarakat
Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang berbagai sepak terjang masyarakt
yang berperilaku tidak semestinya. Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang
Yudoyono, menyarankan agar televisi tidak menayangkan goyang erotis dengan
puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa, banyak televisi
yang akhirnya tidak menayangkan para artis yang berpakaian minim.
2.2 Konsekuensi Media Teknologi Komunikasi
Informasi bagi Masyarakat
Penggunaan
media teknologi komunikasi oleh masyarakat sekarang ini bisa berdampak positif
maupun negatif. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat adalah sebagai
berikut. (a) dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, (b)
memfasilitasi interaksi antarindividu, (c) memperkaya pengalaman belajar nilai
– nilai sosial, (d) mempu mengubah suasana beajar nilai – nilai sosial budaya
menjadi aktif, (e) meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dan (g)
mempermudah pengirian dan penerimaan informasi.
Fasilitas
media teknologi komunikasi memudahkan orang untuk saling berinteraksi, meskipun
dipisahkan oleh jarak geigrafis, tetapi dengan bantuan media , interaksi dapat
dilaksnakan dengan mudah. Misalnya, penggunaan media internet telah tebukti
mampu menjembatani interaksi antarmanusia secara massal. Dengan adanya
interaksi tersebut, proses transaksi pesan akan diikuti oleh transaksi nilai –
nilai sosial budaya.
Adanya
media teknologi komunikasi setiap orang memiliki kesempatan untuk memperoleh
pengalaman belajar nilaai – nilai sosial budaya orang lain, misalnya dengan
menonton siaran televisi, indovidu memperoleh pengetahuan nilai – nilai sosial
budaya yang dianut oleh masyarakat lain.
Sementara
itu, beberapa dampak konsekuensi negatif p-engggunaan media teknologi
komunikasi pada masyarakat meliputi : (1) hilangnya kesempatan berkomunikasi
interpersonal, (2) mempertajam kesenjangan , (3) penggunaan media komunikasi
dapat mengancam privacy, (4) seringkali terjadi pemborosan, (5) ketergantungan
terhadap sistem dan kerentanan sistem, dan (6) kejahatan dan penyalahgunaan
komputer.
Konsekuensi
sosial dari perkembangan teknologi informasi bisa dilihat pada perubahan
hubungan individu dengan individu, individu dengan komunitas , individu dengan
media massa , komunitas dengan media massa, dan komunitas dengan lembaga
sosial.
Kesimpulan
Sekarang di
Indonesia telah memasuki era Globalisasi. Kita tidak mungkin untuk mengelak.
Melalui media massa pun, kita dapat membangun opini publik, karena media
mempunyai kekuatan mengkonstruksi masyarakat. Misalnya melalui pemberitaan
tentang dampak negatif pornografi, komentar para ahli dan tokok-tokoh
masyarakat yang anti pornografi atau anti media pornografi serta
tulisan-tulisan, gambar dan surat pembaca yang berisikan realitas yang dihadapi
masyarakat dengan maraknya pornografi, maka media dapat dengan cepat
mengkonstrusikan masyarakat secara luas karena jangkauannya yang jauh. Dalam
Sosiologi Komunikasi, dikenal adanya opinion leader atau pemuka pendapat.
Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak laku
dalam cara-cara tertentu. Melalui pemuka pendapat seperti tokoh agama, sesepuh
desa, kepala desa, pesan-pesan tentang bahaya media pornografi dapat
disampaikan.
Tapi yang
lebih penting lagi adalah ketegasan pemerintah dalam menerapkan hukum baik
Undang-Undang Pers, Undang-undang Perfilman dan Undang-Undang Penyiaran secara
tegas dan konsiten di samping tentu saja partisipasi dari masyarakat untuk
bersam-sama mencegah dampak buruk dari globalisasi media yang kalau dibiarkan
bisa menghancurkan negeri ini.
Referensi :
good info... thanks
ReplyDelete